Medan, 01 February 2010
Sayangku Bella,
Sayang, maaf aku baru bisa membalas suratmu. Aku sudah membaca semua isi hatimu yang kau tuliskan disuratmu Bella. Bella, aku mencintaimu sayang. Aku menyesal telah membuatmu menunggu dan maaf aku telah membiarkanmu ketika kau membutuhkanku. Bella, aku minta maaf atas ketidak sadaranku. Aku telah banyak menyia nyiakan waktu yang seharusnya aku habiskan bersamamu.
Sungguh aku masih menyayangimu Bella. Betapa bodohnya aku ketika tidak …….. Bella aku tidak dapat menuliskan betapa besar rasa penyesalanku.. Bella sayang kau pasti sangat marah hingga kau tak pernah mau mengangkat telpon dariku.Sayang, aku punya kabar baik. Aku telah menyelesaikan kuliahku di Medan ini dan aku akan segera kembali ke Surabaya. Kita akan bersama sama sayang. Kau tak perlu lagi merajuk ditelepon ketika kau kangen kepadaku.
Bella sayangku, sungguh aku tidak sabar mau bertemu denganmu. Sayang, kau masih ingatkan taman yang ada di ujung jalan itu, tempat kita duduk berdua setiap sore.Nah sayangku temui aku di taman itu ya tanggal 18 Februari ini aku akan ada di sana menunggu mu. Pakailah gaun berwarna biru kesukaanmu itu. Aku yakin kau pasti terlihat sangat manis pada hari itu.
Ps: Maafkan aku dengan sgala kebodohanmu dan kecuekkanku kepadamu Bella, sesungguhnya aku tetap mencintaimu. Jika nanti kau disampingku sayang, aku akan terus mengatakan kepadamu bahwa aku sayang kepadamu, Janji..
Love u,
Kevin.
Ku tutup surat bersampul biru itu. Ku lihat kalender dan hari ini tanggal 12 Februari. Ku baca berulang ulang surat itu juga alamatnya. Benar tertulis Pondok Mirah kamar no. 15 Jl. Sutrisno V/5. 15 itu nomor kamarku. Akupun keluar dari kamarku bergegas turun mencari Mini. Mini terlihat sibuk sedang mencuci baju penghuni pondokan yang lain.
“ Mba, Mba Mini.” Panggilku. “Ya, mas David.” “Hmmm, ini surat yang tadi….” Lanjutku. “Kenapa sama suratnya mas? Koq mukanya mas David bingung gitu? Dari pacarnya ya?” cerocos Mini. “ Bukan, bukan mba Mini. Surat ini bukan untuk saya.” Lanjutku. “ Kok bisa? Kan di suratnya ada tulisannya mas, Pondok Mirah kamar no.15. Kamar mas David nomor 15 kan?” Tanya Mini kepadaku. “Siapa yang antar tadi?” tanyaku lagi. “gak ada yang antar mas, saya tadi nemuin di kotak surat Mas David, itu tuh kotak yang nomor 15.” Jawab Mini sambil menunjukkan kotak berwarna biru. “ Mas David gak pernah ngecek kotak posnya ya? Tadi saya nemuin surat itu agak berdebu mas.”sambung Mini. “ Ya udah deh, makasih ya mba Mini.” Kataku mengakhiri percakapan yang membuat aku semakin bingung.
Aku terus bertanya dalam hatiku surat untuk siapa ini, bingung harus bertanya kepada siapa karena aku baru saja sebulan yg lalu pindah ke pondok ini dan tak begitu kenal dengan penghuni penghuni yang lain. Pemilik pondok ini tidak tinggal di pindok ini, hanya Mini dan suaminya yang menjadi penjaga pondok ini. Mini dan suaminya pun baru menjadi penjaga menggantikan orang tuanya, setali tiga uang denganku..Ku letakkan surat itu diatas meja kerjaku. Bodo amatlah dalam hatiku, toh aku tak kenal dengan Bella atau siapalah nama pengirim surat itu. Seharian ini aku merapikan barang barang di ruang kantor cabangku yang baru dan cukup membuatku letih . Akhirnya akupun tertidur.
Lagi lagi aku terbangun oleh ketukan Mba Mini. “Mas, bangun mas. Udah jam 10 nanti nasi gorengnya keburu dingin.” Seru mba Mini dari balik pintu. “ Ya, ya mba. Aku dah bangun bentar lagi aku turun.” Jawabku seraya mengambil handukku dan menuju kamar mandi.ku lirik tanggalan yang ada di atas meja Minggu tanggal 13 feb. “Mba Mini, baju kotor dah ku taro di ember yang biasa ya.” Kataku sambil menyendok nasi ke piringku. “he he he iya mas..” jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Aku terheran heran melihat senyum sumringahnya kepadaku, “kenapa sih?” tanyaku penasaran. “Mas David lucu ya….masa ada cowo suka mawar putih. Lagi ngambek ya mas sama pacarnya, kebalik lagi mas ada juga mas David yang kirim mawar putih ke cewenya.” Cerocos Mini. “Ngambek? Mawar putih? Aku suka mawar putih? Enggak ah…” jawabku. “ Ini mas karangan bunga mawar putih ada tulisan nya I am sorry nya.” “ HAH! Salah kali mba,…” belum selesai aku bicara dia sudah memotong kalimatku, “gak usah malu mas, wong disitu ditulis kamar no. 15 kok.” Cepat cepat aku habiskan nasi gorengku dan aku pun langsung masuk kekamarku. Bunga mawar putih itu pun ku masukkan kedalam vas bunga yang memang sudah ada di dalam kamarku, sepertinya kepunyaan penghuni kamar ini dulu. Rasa ingin tahu dan penasaranku telah mengkikis rasa “bodo amat”ku tadi malam. Aku pun yakin ini masih ada hubungannya dengan surat kemarin.Sebesar keyakinanku kalau pengirim surat dan bunga ini tidak tahu kalau Bella sudah pindah dari sini. Jelas sudah dalam hatiku, biasalah urusan cinta mungkin si Bella ngambek dan pindah tanpa sepengetahuan si pacar dan ngasih pelajaran. Tega juga ya cewe itu. Paling tidak bunga mawar putih ini akan menghiasi kamarku untuk beberapa hari.
Sudah jam 12 siang , teringat ingin membeli keperluanku di pasar swalayan, ku pun bergegas mengambil kunci motorku dan memakai jaketku. Ketika aku hendak mengunci pintu seseorang menepuk pundakku dan berseru, “hai, penghuni baru ya? Salam kenal ya namaku Citra, Aku tinggal di kamar sebelah no. 14.” “oh, kaget aku. Aku David, iya aku baru sebulan ini di pondok ini, kamu sendiri?” tanyaku. “aku dah lama tinggal disini, dari aku kuliah tapi sekarang aku dah kerja.” Jawab Citra. “tapi kok aku gak pernah liat kamu ya” tanyaku penasaran, kalau emang dia disini dah lama kenapa cewe manis ini gak pernah ku lihat dalam hati. Lumayanlah buat penyegar di pondok yang sepi ini dalam hatiku. “he he he, iya aku baru aja pulang tadi malam, sebulan yang lalu aku ke Jakarta biasa tugas kantor juga dapet training di kantor pusat. “ jawabnya. Belum selesai aku mengagumi senyum manisnya, matanya yang bulat dia sudah bertanya lagi “errr..mau pergi ya?kemana?, “ iya, ke pasar swalayan depan, mau beli beberapa keperluan.” Jawabku. “yah……………..ya udah deh nasib sendirian di pondok ini, kirain………….” Mau ikut?” ajakku, “daripada sendirian aja.” Lanjutku. “hm……..bener, boleh? Gak ganggu kan?” tanyanya sambil tersenyum. “gak lah..ayo.” ajakku lagi. “Ok, aku ambil dompetku dulu ya..” teriaknya sambil berlari ke kamarnya. Manisnya cewe satu ini, kulitnya bening, tubuhnya mungil dan sedikit bawel sambil kupandangi dari kaca spion motor.
Citra banyak bercerita tentang pondok mirah dan para Penghuninya, juga pemilik pondok itu. Sepertinya dialah penghuni paling lama di pondok Mirah itu. Senin pagi kami pun berangkat ke kantor bareng karena letak kantor kami hanya beda beberapa blok saja. Pulangnya pun Citra sudah menungguku didepan blok kantornya. Selepas ini kami akan makan soto diujung jalan dekat pondok mirah yang menurut Citra enak bgt dan dia sering makan disana dengan sahabat dekatnya dulu. “Vid, tanggal 18 nanti aku harus pergi lagi, kali ini aku harus ke batam, tugas kantor lagi.” Ucap Citra sambil menyeruput kuah sotonya. “trus…” lanjutku. “kali aja nanti kamu kecarian aku wkwkwkwk…..secara aku aja teman kamu di pondokan.” Celotehnya. “ye…sapa juga yang bakal kecarian, kalo Mba Mini yang pergi baru aku kecarian sapa yang mau nyuci bajuku nanti.” Ledekku. Tiba tiba aku teringat dengan surat dan bunga mawar putih yang aku terima, lalu akupun bertanya kepadanya, “Hm..Cit, aku mau nanya nih. Kamu tau Bella? Dia dulu yang tinggal dikamarku ya?” Citra tiba tiba terdiam.” Cit?kenapa kok diam aja. Kamu kenapa? Kepedesan? Minum dulu nih..”ku berikan es tehku kepadanya. “enggak, gpp.kaget aja..kamu kok tau kalo Bella dulu tinggal di kamarmu?” baliknya bertanya. Akupun menceritakan tentang surat dan bunga mawar yang ku terima beberapa hari yang lalu. Citra hanya terdiam saja, sepertinya ada yang dia pikirkan dan sepertinya dia menangis. “kamu gpp kan cit? koq nangis?” tanyaku. “kita pulang yuk Vid, nanti aku certain.”ajaknya kepadaku. Aku pun bergegas membayar dan mengajaknya pulang.
“Vid, ke kamarku ya dan jangan lupa bawa suratnya.” Ajaknya kepadaku dan akupun mengangguk. “duduk sini dan lihat photo ini.” Kata Citra seraya memberikan photo kepadaku. “ ini photoku dan sahabatku Bella yang dulu tinggal dikamarmu.” Jelasnya kepadaku. Aku tertegun memandang photo itu, Bella berambut panjang dan berwajah manis. “sekarang dia kemana?” tanyaku kepada Citra. “ Dia dah pergi vid, dia meninggal bulan Januari kemarin.” Jawab Citra sambil terisak. “Hah, meninggal…”aku kaget mendengar jawaban Citra. “ Iya, Bella sahabatku meninggal tertabrak truck Vid di dekat taman yang ditulis disurat itu, Kevin itu pacar Bella. Dulu Bella dan Kevin satu kampus tapi karena Kevin harus menyelesaikan studi magisternya di Medan sedang Bella mulai bekerja di Surbaya ini, akhirnya mereka harus berpisah tapi mereka tetap berpacaran tapi jarak jauh.” “Awalnya semua berjalan lancar dan aku senang melihat mereka bisa menjaga hati dan komunikasi diantara mereka. Jujur aku mungkin gak akan kuat kalau harus menjadi Bella, memendam rindu dan perasaannya. Apalagi akhir akhir yang lalu ketika Kevin mulai jarang menelpon dan mengirim sms ke Bella. Semuanya memuncak akhir tahun lalu, aku ngeh banget Bella mulai murung dan diam pasti karena ulah Kevin yang mulai gak jelas dan alasannya yang klise…’jenuh’.” Cerita Citra kepadaku. “trus… koq bisa dia sampe ketabrak truck? Trus Kevin gag tau donk kalo Bella dah gak ad?”tanyaku kepada Citra lagi. “ Iya, Kevin sama sekali gak tau tentang ini, aku pun gak niat ngasih tau dia.. biar aja toh dia gak punya rasa lagi sama Bella. Itu yang terakhir aku tau dari Bella. Sehari sebelum kematiannya Bella menangis sambil bercerita kalau Kevin baru saja menelponnya dan bilang kalau dia ngerasa hambar, dia butuh sosok yang nyata didepannya, bukan cuma suara di telpon. Itu membuat Bella terpukul dan menangis sejadi jadinya. Malam itu aku menemaninya sampai ia tertidur di kamarnya, setelah dia pulas aku pun balik ke kamarku dan aku nyesel seharusnya aku nemenin dia malam itu. Besok paginya, pas aku bangun Bella dah gak ada di kamarnya. Ku pikir dia pergi ke kantornya atau ada urusanlah… ternyata Bella pergi ke Taman dan duduk di sana seharian sampai larut malam.” Citra pun terdiam. “trus….koq berenti?” ucapku gak sabar.
“David, menangis itu melelahkan, terlebih dengan beban perasaan yang harus Bella rasain sendiri. Menurut orang yang ngeliat kejadian malam itu Bella keluar dari taman itu dan langsung nyebrang tanpa ngeliat kondisi jalan dan lampu lalu lintas dan ketika itu lampu berwarna hijau dan truk melaju kencang ke arah Bella, tubuh Bella pun terlempar beberapa meter. Waktu aku di RS, dokter bilang kalu dah gag ada harapan lagi dan akupun langsung mengabari keluarganya.” Lanjut Citra. Aku pun terdiam, tak mau mendesak Citra untuk bercerita lebih lanjut karena pikiranku berkecamuk dengan Kevin dan reaksi Kevin atas semua keterlambatannya. Suara Citra yang membuat ku sadar kalau ia pun melanjutkan ceritanya. “ Esok paginya keluarga Bella sampai di Surabaya dan langsung ke RS, mungkin itulah saat terakhir Bella bertemu keluarganya, Bella pun tersadar walau hanya sebentar dan itupun hanya untuk mengucapkan kata perpisahan kpd orang tuanya dan pesan terakhirnya kepada mereka dan kepadaku. Pesan bella kepada kami kalau ia mau disemayamkan di Surabaya dia gag mau di bawa dan dikuburkan di kota kelahirannya Malang, alasannya yang membuat aku geram dan kagum kepadanya. Kata Bella, Kisahku indah di kota ini dan aku mau aku tetap di kota ini, tolong kuburkan aku di kota ini bersama cinta yg ku punya. Dan mungkin suatu saat dia telah berubah dan kembali, dia tau aku selalu menunggunya di kota ini. Citra, tolong jika nanti dia mencariku berikan sweater berwarna biru yang ada dilemariku kepadanya dan tolong katakan kepadanya aku gag bisa menunggunya lagi. Ayah ibu, maafkan aku. Dan Bellapun pergi untuk selamanya. Dia pergi dengan cintanya yang tulus dan rasa rindunya yang tak berbalas Vid.” Citrapun mengakhiri ceritanya.
Akupun hanya terbengong bengong mendengar kisah tragis itu. Keesokan harinya kami pun pergi ziarah ke kuburan bella dan tentu saja kami membawa beberapa tangkai mawar putih kesukaannya, Aku melihat photo yang ada di nisannya itu, betul kata Kevin disuratnya itu Bella terlihat sangat manis dan anggun dengan gaun birunya itu. Sepulang dari kuburan Bella, kami pergi ke taman tempat bella suka duduk menghabiskan waktunya. “trus kita sekarang harus gimana sama Kevin?”tanyaku kepada citra. “sekarang dah tanggal 15 tiga hari lagi Kevin pasti di Taman ini nunggu Bella.” Lanjutku lagi. “David, aku gag tau, aku bingung. Aku juga harus menjalankan pesan terakhir Bella. Tanggal 18 ini akupun harus pergi ke Batam…………….nanti ku coba undur keberangkatanku.” Jawabnya. “Vid, kamu bantu aku ya nanti.” Lanjutnya kepadaku. “bantu apa?” tanyaku penasaran.” Ya bantu aku ketemu Kevin dan aku rasa kamu taulah harus bersikap seperti apa ngehadapin reaksi Kevin.” Jawab Citra. “ ya, pasti aku bantu kamu.” Jujur aku masih bingung akan bersikap seperti apa nanti, sekarang pun aku bingung dengan semua kejadian ini. Aku dan Citra sama sama bingung harus memulai dari mana menjelaskan semuanya ini kepada Kevin.
“Cit, citra dah siap blum?” tanyaku sambil mengetuk kamarnya. Iya, tunggu aku lagi bungkus sweater untuk Kevin.” Jawabnya dari balik pintu. “aku tunggu di bawah ya, cepetan kasihan Kevin mungkin dia dah lama nunggu.” Lanjutku dan aku pun bergegas menuju ke bawah dan menyalakan motorku. 10 menit kemudian Citra turun dengan bingkisan untuk Kevin. “vid, aku takut.” Katanya kepadaku. “sudahlah, ayo jalan.” Ajakku. Aku pun tidak berniat menancap gas motorku untuk cepat cepat sampai ke taman itu. Banyak hal yang berkecamuk didalam otakku. Akhirnya kami pun tiba dan Citra menunjuk ke seseorang di taman itu seraya berkata, “itu Kevin. Vid, aku deg2an nih.” Kami pun mendekati Kevin. Kevin memiliki tubuh yang tinggi dan tegap, setidaknya itu yang kulihat dari belakang. Citrapun mencolek pundaknya, Kevin berbalik dan tersenyum hendak memeluk Citra tapi ia langsung berhenti dan sangat terlihat jelas di wajahnya kebingungan. “loh Cit, pa kabar? Bella mana? Trus sama sapa? Pacar ya? Kenalin lah.” Tanya Kevin bertubi tubi. Lalu Citra menjawab, Hai, Vin. Aku baik baik aja, kenalin ni temen ku David.” Akupun berjabat tangan dengan Kevin. “ Kevin, aku bawa titipan dri Bella dan Bella gag bisa datang hari ini buat ketemu kamu di sini. “ucap Citra terbata bata. “Loh kenapa Cit? Bella lagi pulang ke Malang ya?” Tanya Kevin. “ ah, enggak dia gak pulang ke Malang dia masih di sini di Surabaya dan dia nunggu kamu tapi gak di taman ini Vin.” Lanjut Citra. “Trus dimana dong?” Tanya Kevin yang mulai penasaran.
“Gimana kalau kita langsung kesana aja.” Ajakku memecah kesunyian yang tiba tiba menghampiri percakapan kami. “Trus apa hubungannya sama kamu vid?” Tanya Kevin yang mulai emosi. “ Aku Cuma nemenin Citra aja. “ jawabku. “Yuk, mending kita jalan aja sekarang, kita naik taksi ke sana.” Ajak Citra kepada kami berdua. Kevin dan akupun mengikuti Citra dari belakang. Tuhan, bagaimana menjelaskan kepada Kevin kalo kami menuju ke pemakaman dan Bella sudah tiada. Aku kebingungan sendiri. Kevin pun mulai bingung ketika taksi yang kami tumpangi mulai memasuki are pemakaman. “ Citra, jangan ngerjain deh. Ngapain juga kita ke kuburan?” Tanya Kevin setengah menahan emosi. Tanpa sadar akupun meminta taksi berhenti,Citra kebingungan tapi menurut saja ketika aku mengajaknya turun,terlebih Kevin. Lalu aku mengajak mereka duduk di taman.
“Kevin, maaf ya.” Memecah keheningan. “kenapa?” Tanya Kevin. “Kevin, berat untuk bilang ini tapi Kevin…….”lanjut Citra terbata bata. “Kenapa Cit? Ngomong jangan setengah setengah dong.” Desak Kevin. “ Kevin..” lanjutku “Bella sudah meninggal.” Seketika itu juga Kevin berdiri dan menghantamku dengan kepalan tangannya, Citra menangis dan melerai kami. “CUKUP, cukup Kevin!” teriak Citra. “ Dia ngomong sembarangan Cit, aku gak kenal dia juga.” Teriak Kevin. “Kevin yang dibilang David itu benar adanya, Bella dah gag ada.” Isak Citra. Seketika itu juga Kevin ambruk ke tanah dan menangis seakan gak percaya, “Bohong!!Kalian Bohong!!pasti kalian mengatur semua ini karena benci dengan sikapku belakangan kepada Bella. Ya kan?” Akupun membantunya berdiri dan berkata, “Kevin, gak ada gunanya kami bohong. Sekarang kita ke makam Bella.” Kevin menurut dengan ajakanku dan air mata terjatuh dari matanya ketika ia membaca dan melihat photo Bella pada nisan didepannya. “ Bella, bella sayang, maafin aku…maafin aku sayang. Bella, Bella jangan pergi. Bella aku janji akan selalu sayang kamu, Bella.. BELLA……………………………………” isak Kevin di makam Bella. Setelah Kevin tenang aku dan Citra pun menjelaskan semuanya kepadanya tentang surat dan bunga juga tentang kematian Bella. Cerita itu semakin membuat Kevin menangis dan menyesali sikapnya yang acuh tk acuh terhadap Bella. “Bella maafkan aku, aku terlambat sayang, bodohnya aku mengikuti egoisku untuk tidak mengatakan kalau aku mencintaimu dan aku juga merindukanmu. Sekarang kamu pergi.”bisik Kevin.
Lama untuk membujuk Kevin agar mau pulang bersama kami. Dengan berbagai alasan akhirnya Kevin pun mau kami ajak pulang bersama. Di dalam taksi keheningan semakin terasa sehingga aku meminta kepada pak supir menyalakan radionya. Akupun sontak kaget mendengar lagu yang kami dengar dari radio itu dan yang pasti semakin menusuk hati Kevin..”If tomorrow never comes, does she know how much I love her? Did I try it every way to show her every day she’s my only one..Coz the love I give her in the past, wont be enough to last if tomorrow never comes. So tell someone that you love what you’re thinking of…If tomorrow never comes..”
Please do call or text message someone that you love right after u read this story…thank you for reading. Nublessin
“ Mba, Mba Mini.” Panggilku. “Ya, mas David.” “Hmmm, ini surat yang tadi….” Lanjutku. “Kenapa sama suratnya mas? Koq mukanya mas David bingung gitu? Dari pacarnya ya?” cerocos Mini. “ Bukan, bukan mba Mini. Surat ini bukan untuk saya.” Lanjutku. “ Kok bisa? Kan di suratnya ada tulisannya mas, Pondok Mirah kamar no.15. Kamar mas David nomor 15 kan?” Tanya Mini kepadaku. “Siapa yang antar tadi?” tanyaku lagi. “gak ada yang antar mas, saya tadi nemuin di kotak surat Mas David, itu tuh kotak yang nomor 15.” Jawab Mini sambil menunjukkan kotak berwarna biru. “ Mas David gak pernah ngecek kotak posnya ya? Tadi saya nemuin surat itu agak berdebu mas.”sambung Mini. “ Ya udah deh, makasih ya mba Mini.” Kataku mengakhiri percakapan yang membuat aku semakin bingung.
Aku terus bertanya dalam hatiku surat untuk siapa ini, bingung harus bertanya kepada siapa karena aku baru saja sebulan yg lalu pindah ke pondok ini dan tak begitu kenal dengan penghuni penghuni yang lain. Pemilik pondok ini tidak tinggal di pindok ini, hanya Mini dan suaminya yang menjadi penjaga pondok ini. Mini dan suaminya pun baru menjadi penjaga menggantikan orang tuanya, setali tiga uang denganku..Ku letakkan surat itu diatas meja kerjaku. Bodo amatlah dalam hatiku, toh aku tak kenal dengan Bella atau siapalah nama pengirim surat itu. Seharian ini aku merapikan barang barang di ruang kantor cabangku yang baru dan cukup membuatku letih . Akhirnya akupun tertidur.
Lagi lagi aku terbangun oleh ketukan Mba Mini. “Mas, bangun mas. Udah jam 10 nanti nasi gorengnya keburu dingin.” Seru mba Mini dari balik pintu. “ Ya, ya mba. Aku dah bangun bentar lagi aku turun.” Jawabku seraya mengambil handukku dan menuju kamar mandi.ku lirik tanggalan yang ada di atas meja Minggu tanggal 13 feb. “Mba Mini, baju kotor dah ku taro di ember yang biasa ya.” Kataku sambil menyendok nasi ke piringku. “he he he iya mas..” jawabnya sambil tersenyum kepadaku. Aku terheran heran melihat senyum sumringahnya kepadaku, “kenapa sih?” tanyaku penasaran. “Mas David lucu ya….masa ada cowo suka mawar putih. Lagi ngambek ya mas sama pacarnya, kebalik lagi mas ada juga mas David yang kirim mawar putih ke cewenya.” Cerocos Mini. “Ngambek? Mawar putih? Aku suka mawar putih? Enggak ah…” jawabku. “ Ini mas karangan bunga mawar putih ada tulisan nya I am sorry nya.” “ HAH! Salah kali mba,…” belum selesai aku bicara dia sudah memotong kalimatku, “gak usah malu mas, wong disitu ditulis kamar no. 15 kok.” Cepat cepat aku habiskan nasi gorengku dan aku pun langsung masuk kekamarku. Bunga mawar putih itu pun ku masukkan kedalam vas bunga yang memang sudah ada di dalam kamarku, sepertinya kepunyaan penghuni kamar ini dulu. Rasa ingin tahu dan penasaranku telah mengkikis rasa “bodo amat”ku tadi malam. Aku pun yakin ini masih ada hubungannya dengan surat kemarin.Sebesar keyakinanku kalau pengirim surat dan bunga ini tidak tahu kalau Bella sudah pindah dari sini. Jelas sudah dalam hatiku, biasalah urusan cinta mungkin si Bella ngambek dan pindah tanpa sepengetahuan si pacar dan ngasih pelajaran. Tega juga ya cewe itu. Paling tidak bunga mawar putih ini akan menghiasi kamarku untuk beberapa hari.
Sudah jam 12 siang , teringat ingin membeli keperluanku di pasar swalayan, ku pun bergegas mengambil kunci motorku dan memakai jaketku. Ketika aku hendak mengunci pintu seseorang menepuk pundakku dan berseru, “hai, penghuni baru ya? Salam kenal ya namaku Citra, Aku tinggal di kamar sebelah no. 14.” “oh, kaget aku. Aku David, iya aku baru sebulan ini di pondok ini, kamu sendiri?” tanyaku. “aku dah lama tinggal disini, dari aku kuliah tapi sekarang aku dah kerja.” Jawab Citra. “tapi kok aku gak pernah liat kamu ya” tanyaku penasaran, kalau emang dia disini dah lama kenapa cewe manis ini gak pernah ku lihat dalam hati. Lumayanlah buat penyegar di pondok yang sepi ini dalam hatiku. “he he he, iya aku baru aja pulang tadi malam, sebulan yang lalu aku ke Jakarta biasa tugas kantor juga dapet training di kantor pusat. “ jawabnya. Belum selesai aku mengagumi senyum manisnya, matanya yang bulat dia sudah bertanya lagi “errr..mau pergi ya?kemana?, “ iya, ke pasar swalayan depan, mau beli beberapa keperluan.” Jawabku. “yah……………..ya udah deh nasib sendirian di pondok ini, kirain………….” Mau ikut?” ajakku, “daripada sendirian aja.” Lanjutku. “hm……..bener, boleh? Gak ganggu kan?” tanyanya sambil tersenyum. “gak lah..ayo.” ajakku lagi. “Ok, aku ambil dompetku dulu ya..” teriaknya sambil berlari ke kamarnya. Manisnya cewe satu ini, kulitnya bening, tubuhnya mungil dan sedikit bawel sambil kupandangi dari kaca spion motor.
Citra banyak bercerita tentang pondok mirah dan para Penghuninya, juga pemilik pondok itu. Sepertinya dialah penghuni paling lama di pondok Mirah itu. Senin pagi kami pun berangkat ke kantor bareng karena letak kantor kami hanya beda beberapa blok saja. Pulangnya pun Citra sudah menungguku didepan blok kantornya. Selepas ini kami akan makan soto diujung jalan dekat pondok mirah yang menurut Citra enak bgt dan dia sering makan disana dengan sahabat dekatnya dulu. “Vid, tanggal 18 nanti aku harus pergi lagi, kali ini aku harus ke batam, tugas kantor lagi.” Ucap Citra sambil menyeruput kuah sotonya. “trus…” lanjutku. “kali aja nanti kamu kecarian aku wkwkwkwk…..secara aku aja teman kamu di pondokan.” Celotehnya. “ye…sapa juga yang bakal kecarian, kalo Mba Mini yang pergi baru aku kecarian sapa yang mau nyuci bajuku nanti.” Ledekku. Tiba tiba aku teringat dengan surat dan bunga mawar putih yang aku terima, lalu akupun bertanya kepadanya, “Hm..Cit, aku mau nanya nih. Kamu tau Bella? Dia dulu yang tinggal dikamarku ya?” Citra tiba tiba terdiam.” Cit?kenapa kok diam aja. Kamu kenapa? Kepedesan? Minum dulu nih..”ku berikan es tehku kepadanya. “enggak, gpp.kaget aja..kamu kok tau kalo Bella dulu tinggal di kamarmu?” baliknya bertanya. Akupun menceritakan tentang surat dan bunga mawar yang ku terima beberapa hari yang lalu. Citra hanya terdiam saja, sepertinya ada yang dia pikirkan dan sepertinya dia menangis. “kamu gpp kan cit? koq nangis?” tanyaku. “kita pulang yuk Vid, nanti aku certain.”ajaknya kepadaku. Aku pun bergegas membayar dan mengajaknya pulang.
“Vid, ke kamarku ya dan jangan lupa bawa suratnya.” Ajaknya kepadaku dan akupun mengangguk. “duduk sini dan lihat photo ini.” Kata Citra seraya memberikan photo kepadaku. “ ini photoku dan sahabatku Bella yang dulu tinggal dikamarmu.” Jelasnya kepadaku. Aku tertegun memandang photo itu, Bella berambut panjang dan berwajah manis. “sekarang dia kemana?” tanyaku kepada Citra. “ Dia dah pergi vid, dia meninggal bulan Januari kemarin.” Jawab Citra sambil terisak. “Hah, meninggal…”aku kaget mendengar jawaban Citra. “ Iya, Bella sahabatku meninggal tertabrak truck Vid di dekat taman yang ditulis disurat itu, Kevin itu pacar Bella. Dulu Bella dan Kevin satu kampus tapi karena Kevin harus menyelesaikan studi magisternya di Medan sedang Bella mulai bekerja di Surbaya ini, akhirnya mereka harus berpisah tapi mereka tetap berpacaran tapi jarak jauh.” “Awalnya semua berjalan lancar dan aku senang melihat mereka bisa menjaga hati dan komunikasi diantara mereka. Jujur aku mungkin gak akan kuat kalau harus menjadi Bella, memendam rindu dan perasaannya. Apalagi akhir akhir yang lalu ketika Kevin mulai jarang menelpon dan mengirim sms ke Bella. Semuanya memuncak akhir tahun lalu, aku ngeh banget Bella mulai murung dan diam pasti karena ulah Kevin yang mulai gak jelas dan alasannya yang klise…’jenuh’.” Cerita Citra kepadaku. “trus… koq bisa dia sampe ketabrak truck? Trus Kevin gag tau donk kalo Bella dah gak ad?”tanyaku kepada Citra lagi. “ Iya, Kevin sama sekali gak tau tentang ini, aku pun gak niat ngasih tau dia.. biar aja toh dia gak punya rasa lagi sama Bella. Itu yang terakhir aku tau dari Bella. Sehari sebelum kematiannya Bella menangis sambil bercerita kalau Kevin baru saja menelponnya dan bilang kalau dia ngerasa hambar, dia butuh sosok yang nyata didepannya, bukan cuma suara di telpon. Itu membuat Bella terpukul dan menangis sejadi jadinya. Malam itu aku menemaninya sampai ia tertidur di kamarnya, setelah dia pulas aku pun balik ke kamarku dan aku nyesel seharusnya aku nemenin dia malam itu. Besok paginya, pas aku bangun Bella dah gak ada di kamarnya. Ku pikir dia pergi ke kantornya atau ada urusanlah… ternyata Bella pergi ke Taman dan duduk di sana seharian sampai larut malam.” Citra pun terdiam. “trus….koq berenti?” ucapku gak sabar.
“David, menangis itu melelahkan, terlebih dengan beban perasaan yang harus Bella rasain sendiri. Menurut orang yang ngeliat kejadian malam itu Bella keluar dari taman itu dan langsung nyebrang tanpa ngeliat kondisi jalan dan lampu lalu lintas dan ketika itu lampu berwarna hijau dan truk melaju kencang ke arah Bella, tubuh Bella pun terlempar beberapa meter. Waktu aku di RS, dokter bilang kalu dah gag ada harapan lagi dan akupun langsung mengabari keluarganya.” Lanjut Citra. Aku pun terdiam, tak mau mendesak Citra untuk bercerita lebih lanjut karena pikiranku berkecamuk dengan Kevin dan reaksi Kevin atas semua keterlambatannya. Suara Citra yang membuat ku sadar kalau ia pun melanjutkan ceritanya. “ Esok paginya keluarga Bella sampai di Surabaya dan langsung ke RS, mungkin itulah saat terakhir Bella bertemu keluarganya, Bella pun tersadar walau hanya sebentar dan itupun hanya untuk mengucapkan kata perpisahan kpd orang tuanya dan pesan terakhirnya kepada mereka dan kepadaku. Pesan bella kepada kami kalau ia mau disemayamkan di Surabaya dia gag mau di bawa dan dikuburkan di kota kelahirannya Malang, alasannya yang membuat aku geram dan kagum kepadanya. Kata Bella, Kisahku indah di kota ini dan aku mau aku tetap di kota ini, tolong kuburkan aku di kota ini bersama cinta yg ku punya. Dan mungkin suatu saat dia telah berubah dan kembali, dia tau aku selalu menunggunya di kota ini. Citra, tolong jika nanti dia mencariku berikan sweater berwarna biru yang ada dilemariku kepadanya dan tolong katakan kepadanya aku gag bisa menunggunya lagi. Ayah ibu, maafkan aku. Dan Bellapun pergi untuk selamanya. Dia pergi dengan cintanya yang tulus dan rasa rindunya yang tak berbalas Vid.” Citrapun mengakhiri ceritanya.
Akupun hanya terbengong bengong mendengar kisah tragis itu. Keesokan harinya kami pun pergi ziarah ke kuburan bella dan tentu saja kami membawa beberapa tangkai mawar putih kesukaannya, Aku melihat photo yang ada di nisannya itu, betul kata Kevin disuratnya itu Bella terlihat sangat manis dan anggun dengan gaun birunya itu. Sepulang dari kuburan Bella, kami pergi ke taman tempat bella suka duduk menghabiskan waktunya. “trus kita sekarang harus gimana sama Kevin?”tanyaku kepada citra. “sekarang dah tanggal 15 tiga hari lagi Kevin pasti di Taman ini nunggu Bella.” Lanjutku lagi. “David, aku gag tau, aku bingung. Aku juga harus menjalankan pesan terakhir Bella. Tanggal 18 ini akupun harus pergi ke Batam…………….nanti ku coba undur keberangkatanku.” Jawabnya. “Vid, kamu bantu aku ya nanti.” Lanjutnya kepadaku. “bantu apa?” tanyaku penasaran.” Ya bantu aku ketemu Kevin dan aku rasa kamu taulah harus bersikap seperti apa ngehadapin reaksi Kevin.” Jawab Citra. “ ya, pasti aku bantu kamu.” Jujur aku masih bingung akan bersikap seperti apa nanti, sekarang pun aku bingung dengan semua kejadian ini. Aku dan Citra sama sama bingung harus memulai dari mana menjelaskan semuanya ini kepada Kevin.
“Cit, citra dah siap blum?” tanyaku sambil mengetuk kamarnya. Iya, tunggu aku lagi bungkus sweater untuk Kevin.” Jawabnya dari balik pintu. “aku tunggu di bawah ya, cepetan kasihan Kevin mungkin dia dah lama nunggu.” Lanjutku dan aku pun bergegas menuju ke bawah dan menyalakan motorku. 10 menit kemudian Citra turun dengan bingkisan untuk Kevin. “vid, aku takut.” Katanya kepadaku. “sudahlah, ayo jalan.” Ajakku. Aku pun tidak berniat menancap gas motorku untuk cepat cepat sampai ke taman itu. Banyak hal yang berkecamuk didalam otakku. Akhirnya kami pun tiba dan Citra menunjuk ke seseorang di taman itu seraya berkata, “itu Kevin. Vid, aku deg2an nih.” Kami pun mendekati Kevin. Kevin memiliki tubuh yang tinggi dan tegap, setidaknya itu yang kulihat dari belakang. Citrapun mencolek pundaknya, Kevin berbalik dan tersenyum hendak memeluk Citra tapi ia langsung berhenti dan sangat terlihat jelas di wajahnya kebingungan. “loh Cit, pa kabar? Bella mana? Trus sama sapa? Pacar ya? Kenalin lah.” Tanya Kevin bertubi tubi. Lalu Citra menjawab, Hai, Vin. Aku baik baik aja, kenalin ni temen ku David.” Akupun berjabat tangan dengan Kevin. “ Kevin, aku bawa titipan dri Bella dan Bella gag bisa datang hari ini buat ketemu kamu di sini. “ucap Citra terbata bata. “Loh kenapa Cit? Bella lagi pulang ke Malang ya?” Tanya Kevin. “ ah, enggak dia gak pulang ke Malang dia masih di sini di Surabaya dan dia nunggu kamu tapi gak di taman ini Vin.” Lanjut Citra. “Trus dimana dong?” Tanya Kevin yang mulai penasaran.
“Gimana kalau kita langsung kesana aja.” Ajakku memecah kesunyian yang tiba tiba menghampiri percakapan kami. “Trus apa hubungannya sama kamu vid?” Tanya Kevin yang mulai emosi. “ Aku Cuma nemenin Citra aja. “ jawabku. “Yuk, mending kita jalan aja sekarang, kita naik taksi ke sana.” Ajak Citra kepada kami berdua. Kevin dan akupun mengikuti Citra dari belakang. Tuhan, bagaimana menjelaskan kepada Kevin kalo kami menuju ke pemakaman dan Bella sudah tiada. Aku kebingungan sendiri. Kevin pun mulai bingung ketika taksi yang kami tumpangi mulai memasuki are pemakaman. “ Citra, jangan ngerjain deh. Ngapain juga kita ke kuburan?” Tanya Kevin setengah menahan emosi. Tanpa sadar akupun meminta taksi berhenti,Citra kebingungan tapi menurut saja ketika aku mengajaknya turun,terlebih Kevin. Lalu aku mengajak mereka duduk di taman.
“Kevin, maaf ya.” Memecah keheningan. “kenapa?” Tanya Kevin. “Kevin, berat untuk bilang ini tapi Kevin…….”lanjut Citra terbata bata. “Kenapa Cit? Ngomong jangan setengah setengah dong.” Desak Kevin. “ Kevin..” lanjutku “Bella sudah meninggal.” Seketika itu juga Kevin berdiri dan menghantamku dengan kepalan tangannya, Citra menangis dan melerai kami. “CUKUP, cukup Kevin!” teriak Citra. “ Dia ngomong sembarangan Cit, aku gak kenal dia juga.” Teriak Kevin. “Kevin yang dibilang David itu benar adanya, Bella dah gag ada.” Isak Citra. Seketika itu juga Kevin ambruk ke tanah dan menangis seakan gak percaya, “Bohong!!Kalian Bohong!!pasti kalian mengatur semua ini karena benci dengan sikapku belakangan kepada Bella. Ya kan?” Akupun membantunya berdiri dan berkata, “Kevin, gak ada gunanya kami bohong. Sekarang kita ke makam Bella.” Kevin menurut dengan ajakanku dan air mata terjatuh dari matanya ketika ia membaca dan melihat photo Bella pada nisan didepannya. “ Bella, bella sayang, maafin aku…maafin aku sayang. Bella, Bella jangan pergi. Bella aku janji akan selalu sayang kamu, Bella.. BELLA……………………………………” isak Kevin di makam Bella. Setelah Kevin tenang aku dan Citra pun menjelaskan semuanya kepadanya tentang surat dan bunga juga tentang kematian Bella. Cerita itu semakin membuat Kevin menangis dan menyesali sikapnya yang acuh tk acuh terhadap Bella. “Bella maafkan aku, aku terlambat sayang, bodohnya aku mengikuti egoisku untuk tidak mengatakan kalau aku mencintaimu dan aku juga merindukanmu. Sekarang kamu pergi.”bisik Kevin.
Lama untuk membujuk Kevin agar mau pulang bersama kami. Dengan berbagai alasan akhirnya Kevin pun mau kami ajak pulang bersama. Di dalam taksi keheningan semakin terasa sehingga aku meminta kepada pak supir menyalakan radionya. Akupun sontak kaget mendengar lagu yang kami dengar dari radio itu dan yang pasti semakin menusuk hati Kevin..”If tomorrow never comes, does she know how much I love her? Did I try it every way to show her every day she’s my only one..Coz the love I give her in the past, wont be enough to last if tomorrow never comes. So tell someone that you love what you’re thinking of…If tomorrow never comes..”
Please do call or text message someone that you love right after u read this story…thank you for reading. Nublessin
No comments:
Post a Comment